Tuesday, April 19, 2011

Filsafat Bambu


“Ini dia batang bambu yang kuperlukan! Betul-betul besar! Mungkin ini yang terbesar di lereng Gunung Fuji ini,” kata petani itu kepada istrinya. Maka ditebanglah batang bambu itu.

Tetapi alangkah terkejutnya petani itu dan istrinya. Di dalam rongga batang bambu itu ternyata ada seorang bayi perempuan mungil seperti boneka. Dengan hati-hati mereka membawa bayi itu pulang dan merawatnya. Ia diberi nama Putri Bambu.

Putri Bambu memang ajaib. Hanya dalam beberapa tahun saja ia sudah tumbuh menjadi gadis jelita dan lemah lembut. Dari pagi buta sampai jauh malam ia rajin membantu keluarga petani itu. Seluruh penduduk desa menyukai dia.

Suatu ketika raja pun mendengar kabar tentang Putri Bambu. Lalu raja mengirim utusannya untuk meminta Putri Bambu pindah ke istana dan menjadi selirnya. Nah, kalau raja mencari selir, ceritanya menjadi seru. Cerita tentang Putri Bambu terdapat dalam beberapa versi di Jepang, Korea dan Tiongkok. Budaya di negeri-negeri itu menjunjung tinggi keistimewaan, keindahan dan kegunaan pohon bambu.

Coba kita lihat keistimewaannya. Mengapa bambu tidak tumbang atau patah batangnya ketika diterpa badai atau angin kencang? Apakah karena akarnya dalam? Bukan! Akar pohon pinus lebih dalam lagi. Apakah karena batangnya kuat? Juga bukan! Pohon ek dan jati jauh lebih kuat batangnya. Kalau begitu apa sebabnya bambu bisa bertahan terhadap angin kencang?

Rahasia ketahanan bambu terhadap angin kencang terletak pada sikapnya. Ketika diterpa badai, pohon-pohon lain berdiri kaku dan tegak seakan-akan menantang kekuatan angin. Akibatnya ranting dan batangnya bisa patah dengan mudahnya. Sebaliknya bambu justru merunduk dan menunduk. Bambu membiarkan dirinya diarahkan oleh tiupan angin sampai termiring-miring. Batang bambu bersifat lentur, yaitu bisa berlekuk atau melengkung. Sifat lentur itu menyebabkan pohon bambu mampu bertahan dalam badai dan topan. Sifat lentur itu yang menjaga bambu tidak mudah patah. Pohon lain berkonfrontasi terhadap angin, padahal bambu beradaptasi.

Bambu bisa menjadi guru. Oleh sebab itu bambu dijunjung dalam budaya Kung Fu Tse di Jepang, Korea dan Tiongkok. Dalam seni lukisnya bambu adalah lambang estetika. Dalam filsafatnya bambu adalah lambang ketahanan. Dalam pedagoginya bambu adalah lambang ketekunan. Selanjutnya karena rongga bambu kosong, maka bambu juga adalah lambang pengosongan dan pemurnian batin. Pokoknya, bambu adalah bagus dan berguna. Sebab itu lahir cerita tentang Putri Bambu.

Kembali kecerita Putri Bambu di atas, apa yang terjadi ketika raja menyuruh Putri Bambu pindah ke istana? Putri itu menulis surat, “Maaf baginda, hamba lebih berguna di desa daripada di istana.”

Raja kembali mengirim utusannya dan memberi lebih banyak hadiah untuk Putri Bambu. Tetapi Putri Bambu tetap menolak. Kemudian raja menyuruh pasukannya untuk memaksa Putri Bambu. Menghadapi ancaman raja, Putri Bambu cepat-cepat bersembunyi di hutan. Ia masuk ke dalam rongga pohon bambu. Dimanakah sekarang Putri Bambu itu? Sampai hari ini ia masih ada dalam rongga tiap pohon bambu. Kadang-kadang ia menampakkan diri pada orang yang betul-betul mencintai bambu.


Note:
Tidak dalam setiap hal sifat bambu bisa kita tiru. Pemerintah kita adalah contohnya, sering mereka menjadi dilemma pada situasi-situasi tertentu. Banyak anggota dewan yang (katanya) dalam hati mereka sebenarnya tidak setuju pembangunan “rumah baru” mereka. Tapi karena kebanyakan anggota pada setuju, maka akhirnya mereka menyetujui juga. Nah lho! Begitu banyak yang bersikap ikut arus, asal bapak senang, cari aman dan cari selamat.
Ikut arus akan kehilangan jatidiri, namun bertahan dan melawan aruspun akan hancur lebur.

1 comment:

yuhri said...

oke. bagi yang ingin mencetak

BUKU,
Novel
Resep Masakan
dr Ebook

bisa klik : http://www.ayonyetak.com