Friday, April 12, 2013

"Intermezo"

--- Bila hari-harimu sudah diberkati Tuhan, bagikanlah kebahagiaan itu terhadap sesamamu --- Michael Sendow


Tuhan tidak pernah memberikan berkat yang tanggung-tanggung, sekali Ia merancang sesuatu padamu, Ia akan merancang yang terbaik....


Bijaksanalah menata hari esok, dan juga bijaksanalah dalam menatap kemungkinan-kemungkinan hari esok. Kesuksesan Anda hanya ditentukan oleh kebulatan, keseriusan, dan kemampuan Anda sendiri, bukan orang lain...

Jangan pernah membiarkan dirimu terperosok, sebab akan begitu sulit untuk menraik diri keluar dari lumpur dosa yang sama...
-Mich-

Thursday, April 11, 2013

Pilihan Untuk Tidak Memilih Partai Agama, Apa Dasar Utama Kita Memilih Partai Berlabel Agama Tertentu?

Pilihan Untuk Tidak Memilih Partai Agama, Apa Dasar Utama Kita Memilih Partai Berlabel Agama Tertentu?

Bertahun-tahun mengikuti pemilihan umum, saya tidak pernah tertarik dan mungkin belum akan tertarik untuk memilih partai yang berlabelkan agama. Partai yang menonjolkan identitas keagaamaannya sebagai dasar partai tersebut. Tapi kenapa? Karena bagi saya pribadi, memilih itu, pemilihan umum itu bukan berdasarkan agama kita, tapi kita memilih sebagai warga negara. Tidak lebih tidak kurang. Saya setuju dengan pendapat Prof Sahetapy beberapa tahun yang lalu yang kurang lebih mengatakan seperti ini, election not by religion but as citizen. Kita memilih bukan karena alasan agama, tapi karena kita adalah warga negara.

Lantas kenapa pilihan untuk tidak memilih “Partai Agama” serasa sangat tepat. Begini, mari kita jujur berpendapat. Apa untungnya partai berlabel agama (apapun itu) untuk kita pilih? Apakah karena kemudian mereka akan memperjuangkan masyarakat yang memilih mereka, dalam arti kesejahteraan, kemakmuran, kemudahan demi kemudahan akan nyata dirasakan? Atau label agama hanya dipakai sebagai mesin penarik suara rakyat dengan tujuan memenangkan pemilu? Saya sangsi dan ragu. Fakta sudah membuktikan, siapapun kader partai yang terpilih kebanyakan hanya akan memikirkan bagaimana memperkaya diri dan keluarga, itu sudah terang benderang. Lalu apa bedanya kita memperjuangkan partai berlabel agama? Yang jadi malah seperti ini, right or wrong it’s still my religion, terdegradasi makna menjadi, right or wrong it’s still my party. Benar atau salah, itu tetap partai saya. Karena ada label agamanya, maka saya kemudian harus memperjuangkan dan memenangkan partai tersebut terlepas dari baik atau buruknya kelakuan petinggi dan pemimpin partai tersebut. Kita dituntut memilih secara membabibuta hanya karena agama yang diusung partai itu adalah agama saya juga.

Wednesday, April 3, 2013

Menghindari Kecelakaan, Free From Danger?


Ketika saya memberikan training tentang safety kepada para pelaut di salah satu perusahaan nomor dua terbaik di dunia, Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM), saya pernah menanyai satu hal sederhana, tapi membutuhkan jawaban yang tidak sesederhana pertanyaannya. “Menurut Anda apa itu safety?” Jawaban yang diberikan bervariasi, mulai dari yang super serius sampai yang bikin ketawa. Mulai yang pendek sampai yang luar biasa panjangnya.

Di dunia kepelautan (baca: maritime) ada istilah yang dikenal dengan ISM Code. International Safety Management (ISM) adalah sebuah sistem bertaraf dan berlaku secara international yang mengatur tentang keselamatan di atas kapal. Keselamatan kapal dan semua isinya, termasuk lingkungan lewat ‘turunan peraturan’ yang dikenal sebagai Marine Pollution (MARPOL). Nah, dalam ‘kitab’ bernama ISM itu disebutkan bahwa secara sederhana safety dapat dibahasakan sebagai “Free from Danger”.
 
Pertanyaan saya selanjutnya kepada para peserta training adalah ini. When and where, and in which position you’ll get to that point. Free from danger? Jawabannya pun seperti tadi. Bervariasi. Ada yang menjawab, ketika kita mematuhi semua rules, dan standard operating procedure (SOP). Ada yang berpendapat, ketika bekerja di atas kapal, maka free from danger adalah saat ia lagi off duty, dan sementara berada di ruangannya kapten. Ada yang bilang, justru kita free from danger pada saat lagi santai di toilet. Ada-ada saja.

Saya kemudian menjelaskan bahwa selama kita masih hidup di bawah kolong langit ini, maka jangan pernah bermimpi bahwa kita akan berada pada titik tersebut, free from danger. Kita tidak akan pernah sampai pada kondisi bebas total dari bahaya, bencana, musibah, dan sebagainya terkecuali kita sudah menjadi warga kerajaan sorga alias tidak lagi ada di bumi yang fana ini. Orang yang lagi tidur sekalipun bisa saja tiba-tiba kecelakaan tertimpa sesuatu. Itu adalah sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Selama masih hidup di dunia, selama itu pulalah bahaya akan selalu mengancam kita.

Monday, April 1, 2013

Banyak Budaya Aneh di Dunia ini...


1362629711898855061

Perlunya Belajar Budaya dan Kebiasaan Unik Orang Lain

1362629347119587139

Kadang kita merasa lucu melihat sebuah prilaku, atau kebiasaan, atau budaya, atau adat yang baru pertama kali kita lihat, dan menurut kaca mata kita, apa yang kita lihat itu lucu dan unik. Pantas ditertawai. Tidak jarang kita merasa geli lantas menertawakannya. Sering juga, kita menjadi gemas lantas mengejekinya. Bahkan pun kita marah dan mengumpatinya manakala kita tidak suka.

Padahal perbedaan budaya, adat istiadat, dan kebiasaan sebuah kelompok atau komunitas musti dihargai sebagaimana adanya ia. Itu adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang tidak bisa tidak harus seperti itu. Ketidaksukaan kita tidak lantas menjadikan kita dapat berlaku seenaknya, merasa bahwa budaya atau kebiasaan yang kita punya itu sudah paling hebat dan bagus. Kalau kita merasa memang harus ada perasaan dan pengakuan semacam itu, ya simpan saja di dalam hati, tidak perlulah diumbar sembari memutlakkannya serempak menisbikan budaya milik orang lain yang kita anggap aneh.

Di Amerika yang terkenal sebagai ‘negara pendatang’, karena dipenuhi banyak imigran (baik yang ‘terang’ maupun ‘gelap’ – istilah untuk yang resmi dan tidak resmi). Apalagi New York yang sudah dikenal sebagai ‘’melting pot’, tempat menyatunya segala macam ras, etnis, budaya, bahasa, dan bangsa manapun tentu akan ada banyak persinggungan budaya. Sudah pasti perjumpaan-perjumpaan dengan budaya, kebiasaan, dan adat yang aneh akan jamak kita temui. Saya sudah begitu sering ‘beririsan’ serta ‘bersentuhan’ dengan bermacam perbedaan itu belasan tahun lamanya. Dan tentu juga saya musti berusaha membuang jauh-jauh apriori terhadap segala macam perbedaan itu. Bagi saya itulah kekayaan New York. Justru dengan demikian juga saya belajar dapat banyak hal di balik segala bentuk perbedaan itu. Bahwa semakin beragam semakin indah.